Dalam permasalahan tauhid kepada Allah dan terhadap sifat-sifat-Nya,
umat Islam bersikap pertengahan antara Yahudi dan Nashrani. Umat Yahudi
menyifati Allah Ta’ala dengan sifat kekurangan yang dimiliki
makhluk sehingga mereka menyamakan Allah dengan makhluk. Mereka
mengatakan bahwa Allah bakhil (kikir) dan fakir, memiliki sifat malas
sehingga butuh istirahat, Allah menyerupai bentuk manusia, serta
perkataan lain yang senada. Adapun umat Nashrani menyifati makhluk
dengan sifat Al Kholiq (Yang Maha Pencipta). Mereka manyamakan makhluk
dengan Allah Ta’ala. Mereka mengatakan bahwa Allah adalah al Masih bin Maryam, al Masih adalah Ibnullah (anak Allah), dia dapat mencipta, memberi rizki, mengampuni dosa, memberi rahmat, serta memberi pahala dan mengadzab.
Sikap umat Islam pertengahan di antara keduanya. Umat Islam mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla
semata. Mereka menyifati Allah dengan sifat yang sempurna, dan
menyucikannya dari seluruh sifat kekurangan, serta tidak menyamakan
sifat Allah dengan sifat makhluk. Mereka meyakini bahwa tidak ada
satupun yang menyerupai Allah baik dalam dzat, sifat, maupun
perbuatan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar